Gunung Berapi Meradang, Muncul Lubang Raksasa | ||||
Gunung Merapi di Jogjakarta, Indonesia tengah batuk-batuk. Sementara, di Jerman bagian timur, tiba-tiba muncul lubang raksasa di muka bumi serupa dengan lubang raksasa di Guatemala yang juga muncul tiba-tiba,pertengahan 2010. Ada apa gerangan? Senin, 1 November 2010, dinihari sekitar pukul 03.00 di Schmalkalden, sebuah kota kecil sekitar 120 kilometer sebelah timur laut Frankfurt, di Jerman bagian timur. Penduduk kota itu yang semula asyik terlelap, mendadak terbangun setelah mendengar suara gemuruh yang sangat keras, di luar kebiasaan kota yang sehari-harinya diwarnai ketenangan itu. Seketika itu pula muncul tanda tanya besar di benak masing-masing warga Schmalkalden yang "terpaksa" bangun tengah malam itu. Ya, karena saat itu tidak terasa guncang gempa, cuaca juga sedang cerah tidak turun hujan. Begitu warga keluar rumah dan melihat ke jalan, sontak mereka terkaget-kaget dengan mata melotot dan mulut melongo. Karena jawaban dari semua itu adalah lubang raksasa yang muncul begitu saja di permukaan persimpangan jalan, di tengah-tengah pemukiman. Ukuran lubang itu memang cukup mencengangkan. Luas permukaan lubang, sekitar 30 x 30 meter persegi dan kedalamannya mencapai 20 meter. Ketika lubang itu mendadak terbentuk, sebuah mobil plus pintu garasi tempat parkir mobil itu, amblas terperosok ke dalam lubang. Itu semua bukanlah skenario atau salah satu adegan dalam "Volcano", film tentang bencana alam gunung berapi meletus, produksi Jerman yang diputar Global TV, Selasa malam kemarin (2/11), atau film baru. Lubang raksasa yang muncul tiba-tiba itu adalah kejadian sesungguhnya. Untung tak ada yang luka-luka maupun meninggal dunia akibat peristiwa alam itu. Meski demikian, otorita Schmalkalden cepat bertindak. Mereka menyatakan, radius beberapa puluh meter dari lokasi tersebut adalah kawasan berbahaya. Enam rumah dikosongkan dan 25 penghuninya diungsikan sampai lingkungan tempat tinggal mereka selesai direnovasi dan dinyatakan aman kembali. Pemerintah Jerman menyatakan, belum tahu persis apa penyebab terjadinya lubang raksasa itu. Sedangkan otoritas Schmalkalden, Rabu kemarin (3/11) sudah mulai berupaya menutup lubang raksasa tersebut. Lubang itu akan ditutup dengan batu-batu kerikil. Menurut pejabat-pejabat setempat seperti dilansir surat kabar lokal, Thueringer-Allgemeine dan dilansir CNN, Rabu (3/11), dibutuhkan lebih dari 1.000 truk bermuatan kerikil untuk menutup lubang menganga tersebut. Bukan yang Pertama Lubang raksasa yang muncul tiba-tiba, atau dalam bahasa kerennya disebut sinkhole, di Schmalkalden itu bukanlah yang pertama kali di dunia. Masih di tahun 2010, sinkhole juga muncul di Benua Amerika. Di Kota Saint-Jude, Montreal, Kanada, sinkhole muncul pada 10 Mei lalu, menimbulkan empat korban jiwa. Satu keluarga terdiri atas suami, istri dan dua putri mereka tewas tertelan amblesan tanah di sekitar rumah mereka. Sinkhole tersebut juga menelan sebuah kendaraan truk yang tengah melintas. Mujur, si pengemudi truk berhasil selamat. Berikutnya, Minggu (30/5), lubang raksasa berdiameter 20 m dengan kedalaman sekitar 30 m muncul di tengah kota Guatemala City, sempat menghebohkan dunia. TKP (tempat kejadian perkara)-nya mirip sekali dengan yang di Schmalkalden, yakni di persimpangan jalan tengah pemukiman. Sinkhole di Guatemala tersebut, muncul setelah badai tropis Agatha menghantam Meksiko dan beberapa negara di Amerika Tengah, 29 Juni 2010. Lubang itu menelan sebuah gedung berlantai tiga dan sebuah rumah, namun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Kejadian Beruntun di China Baru-baru ini, masih di tahun 2010, peristiwa serupa terjadi pula di China dan tidak tanggung tanggung jumlah lubang yang muncul cukup banyak dengan kurun waktu kejadian susul menyusul. Delapan lubang berukuran besar muncul dalam rentang waktu dua minggu. Anehnya lagi, banyak menyusul lubang lubang lain setelah warga setempat melaporkan ke pemerintah. Tanah berlubang yang terakhir terjadi pada 4 Juni jam 12.25 pagi waktu Beijing, di tengah jalan bebas hambatan di Provinsi Zhejiang di wilayah pantai Timur negara itu. Besarnya lubang 27 kaki atau 8 meter dengan kedalaman 20 kaki atau 6,5 meter, demikian menurut rilis dari kantor berita Xinhua. Lubang itu terjadi ketika truk ringan melintasinya. Truk ini terguling ketika roda belakangnya tersangkut lubang. Pengemudi yang cedera ringan memanjat keluar dan menghentikan lalu lintas ketika dia melihat lubang besar menganga. Polisi datang sepuluh menit kemudian dan memblokir jalan. Juru bicara dari kantor pengelola jalan bebas hambatan mengatakan bahwa para ahli memperkirakan jebolnya tanah secara tiba-tiba karena runtuhnya gua batu kapur akibat erosi, tetapi penyelidikan sedang dilakukan. Kemudian di hari yang sama sekitar 300 mil atau 500 km barat Kota Nanchang, ibu kota Provinsi Jiangxi, sebuah mobil tersangkut ketika sebuah lubang sebesar mobil mendadak terbuka di tengah jalan utama. Pada 3 Juni, empat lubang besar terjadi di Provinsi Guangxi ketika terjadi amukan badai hujan deras. Menurut laporan media pemerintah China, lebih dari 600 penduduk harus dievakuasi karena kejadian itu. Tiga lubang lebih kecil ditemukan antara 27-30 Mei 2010 di Selatan Provinsi Sichuan, kurang dari 80 mil atau 120 km dari pusat gempa mematikan tahun 2008 di Sichuan, menelan korban jiwa sekitar 80 ribu orang. Di Kota Yibin, sekitar 400 km dari pusat gempa, 26 lubang telah terbentuk sejak 27 April 2010. Fenomena Alam Misterius Sinkhole memang bukan fenomena baru. Terbentuknya lubang raksasa di Tampa, Florida, Amerika Serikat beberapa waktu lalu juga ramai diberitakan. Bagi warga Florida, kemunculan sinkhole bukanlah hal asing. "Itu sering terjadi di sini," kata Dr. Robert Dardenne, profesor di Departemen Jurnalisme dan Studi Media USF beberapa waktu lalu. Bahkan saking seringnya sampai-sampai di Florida ada asuransi untuk meng-cover kejadian sinkhole tersebut. Pada tahun 1981 silam, sebuah sinkhole sedalam 100 kaki (30,5 meter) muncul di Winter Park dekat Orlando, Florida. Lubang menganga tersebut menelan sebuah rumah dan sebagian gedung dealer mobil. Helikopter besar dikerahkan untuk mencoba mengangkat beberapa mobil mahal keluar dari sinkhole tersebut, namun kendaraan-kendaraan itu terus terperosok lebih dalam dan tak pernah terlihat lagi. Pada 23 Februari 2007 di Guatemala City, tak jauh dari lokasi kemunculan sinkhole pada 30 Mei 2010, pernah muncul fenomena serupa. Namun lubangnya jauh lebih dalam, sekitar 100 m. Sebuah gedung dan sebuah pabrik tekstil amblas dalam lubang raksasa itu. Sejauh ini belum bisa dipastikan penyebab sinkhole tersebut. Namun menurut badan Survei Geologi AS, peristiwa ini sama dengan peristiwa yang terjadi di Guatemala pada Mei lalu. Dikatakan badan AS tersebut, sinkhole-sinkhole umumnya ditemukan di daerah-daerah di mana batuan dasar adalah batu-batu gamping, atau bebatuan lain yang bisa dilarutkan dengan air tanah. Menurut Lutz Katschmann, pejabat kantor geologi dan lingkungan hidup negara bagian Thuringia, Jerman, “sinkhole kemungkinan disebabkan susunan bebatuan bawah tanah yang retak dan kemudian menciptakan rongga.” Dikatakannya, Jerman kadang-kadang mengalami fenomena sinkhole ini saat air menciptakan rongga di daerah-daerah runtuhnya tambang-tambang kuno. Mungkin saja lubang besar itu adalah fenomena alam biasa. Tapi yang menjadi pertanyaan, mengapa frekuensi kemunculannya begitu tinggi di tahun 2010. Pada tahun yang sama, gunung berapi di beberapa belahan dunia, nyaris serentak meningkat aktivitasnya juga ada peristiwa tsunami. Gunung Merapi di Jogjakarta, Indonesia mulai batuk-batuk pada 26 Oktober 2010, hanya berselang beberapa belas jam setelah tsunami di Mentawai . Dua hari kemudian (28/10) dua gunung berapi di Rusia meletus. Sementara itu, Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung, Indonesia bergolak. Kemudian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI menyatakan, 21 gunung berapi di Indonesia dalam kondisi tidak normal. Delapanbelas di antaranya berstatus waspada, dua siaga, dan satu awas (Merapi). Apakah ini tanda-tanda bumi sudah berada di depan gerbang “2012” (kiamat, Red)? Wallahu a’lam bishawab, hanya Tuhan yang Maha Mengetahui.ins, tio |
Berita Merapi
Gayus Tambunan
Gayus Tambunan saat ini menjadi bahan pembicaraan masyarakat atas pemberitaan dan sorotan media massa terhadap dirinya yang bertanggung jawab serta sebagai saksi kunci atas kasus korupsi dana pajak masyarakat. Gayus juga sebagai penyebab utama lahirnya grupGerakan facebooker boikot bayar pajak untuk keadilan.
Gayus Tambunan yang terlibat sebagai makelar kasus ( Markus ) ini dituduh dengan kasus korupsi dan penggelapan dana pajak masyarakat yang mencapai nilai sangat fantastis senilai Rp.25 Milliar. Lelaki berusia 28 tahun itu kabarnya saat ini sedang berada di Singapura yang memang sebagai tempat pelarian para tersangka koruptor untuk mendapatkan perlindungan diri dari kejaran pemerintah Indonesia.
Terbongkarnya kasus gayus Tambunan ini berkat dari testimoni Susno Duadji sebelumnya. Kini juga muncul sebuah grup Facebook yang mendukung Susno Duadji untuk membongkar kebobrokan institusi yang seharusnya menjadi pelindung, pengaman, pengayom sekaligus teladan masyarakat yaitu POLRI yang kabarnya sumber dari adanya makelar kasus dalam permasalahan ini.
Gayus Tambunan yang memiliki rumah mewah di bilangan Kelapa Gading senilai Rp.1,5 Milliar ini hanyalah sebagian kecil virus yang ada di tubuh perpajakan Indonesia. Lalu bagaimana dengan yang lainnya? Gayus Tambunan itulah kunci awal untuk membongkar semua virus yang ada.
Bencana Alam
Berita tentang gunung Merapi
Berita Gunung Merapi
Berita Gunung Merapi - Ini adalah berbagai liputan berita Gunung Merapi yang meletus pada Selasa, 26 Oktober 2010 sekitar pukul 17.00 sore. Adapun berita Gunung Merapi ini bersumber dari berbagai liputan media massa online. Penulis blog Karo Cyber mencoba memilih berbagai berita yang dianggap masih penting diketahui seputar Gunung Merapi. Selain itu akan disajikan juga tentang pemberitaan Mbah Marijan meninggal, yaitu salah satu korban tewas dalam peristiwa Gunung Merapi meletus ini.
Berita Gunung Merapi yang pertama bersumber dari situs republika.co.id, berjudul "Awas, Bahaya Merapi Belum Berakhir", dimana berita ini merupakan salah satu berita penting untuk diketahui, khususnya warga masyarakat yang saat ini bermukim disekitar Gunung Merapi.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tehnologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta mengingatkan pada seluruh masyarakat di sekitar Gunung Merapi. Menurut BPPTK bahaya Merapi belum sepenuhnya berakhir setelah letusan pada tanggal 26 Oktober 2010.
"Sampai saat ini magma belum keluar dan kubah juga belum terbentuk. Jadi, masih ada ancaman yang cukup serius dari Merapi," Kepala BPPTK, Subandiyo, di Yogyakarta, Rabu (27/10).
Berdasarkan data, letusan Merapi selama ini selalu diikuti dengan pembentukan kubah lava seiring dengan keluarnya magma usai meluncurnya wedhus gembel dari pusat letusan. Namun letusan tahun 2010 ini tidak langsung diikuti dengan budaya yang selama ini ada di gunung teraktif di Indonesia itu meski awan panas (wedhus gembel) sudah keluar sejak kemarin. Karenanya, BPPTK masih mempertahankan status awas untuk gunung tersebut.
Ia menjelaskan sifat letusan Merapi tahun ini sangat berbeda. "Kita akui, ilmu pengetahuan tidak cukup untuk memahami gunung ini," tuturnya.
Menurut dia, sifat luncuran awan panas yang dimuntahkan oleh letusan 2010 juga sangat berbeda dengan letusan letusan sebelumnya, baik tahun 1994, 1997, 1998, hingga letusan tahun 2006. Luncuran awan panas pada letusan tahun 2010 ini, menurut Subandiyo, bersifat direct blast atau menyembur terus dari dalam dengan gerakan mendatar.
Bahkan, kata dia, semburan tersebut berlaku terus menerus dengan tenggang waktu yang sangat lama. Bukan hanya itu saja, letusan kali ini hanya menyeburkan pasir dan debu serta tidak diikuti dengan semburan atau guguran material vulkanik yang besar seperti bongkahan batu.
"Material yang keluar hanya pasir dan abu, bongkahan batu hampir tidak ada," tambahnya. Itu mengindikasikan, bahwa material merapi masih utuh bertahan di puncak. Karena itulah, kata dia, bahaya Merapi memang tersebut belum berakhir.
Hal yang sama dikemukakan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Menurut Kepala PVMBG, Dr Surono, setidaknya ada 7,5 juta meterial gunung Merapi yang belum runtuh
Berikut adalah berita mengenai Gunung Merapi lainnya, dimana pemberitaan ini bersumber dari situs bisnis.com. Berita ini perlu kiranya diketahui, khususnya bagi masyarakat yang saat ini sedang mencari informasi mengenai korban Gunung Merapi.
Sebagian besar korban erupsi Gunung Merapi merupakan korban ganasnya awan panas yang dimuntahkan gunung setinggi 2.968 meter di perbatasan Jawa Tengah-Yogyakarta tersebut.
Awan panas yang juga sering disebut warga sebagai “Wedhus Gembel” tersebut suhunya dapat mencapai 1.000-1.100°C saat keluar kawah, dan ketika menerjang permukiman suhunya menjadi sekitar 500-600°C.
Ketua Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) Surono mengungkapkan kecepatan luncuran “Wedhus Gembel” tersebut ditaksir mencapai 200 km/jam.
“Karena gerakan dari muntahan Merapi tersebut bergumpal-gumpal dan berwarna keputihan dan dari jarak jauh seperti bulu wedhus [domba] gembel maka warga setempat menamakannya Wedhus Gembel,” ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo.
Secara umum kandungan “Wedhus Gembel” yang nama ilmiahnya pyroclastic density flow adalah zat padat (debu vulkanik dengan ukuran mulai dari ash sampai lapili), dan fase gas (CO2, sulfur, chlor, uap air dan lainnya) yang bercampur udara.
Pada Gunung Merapi, awan panas terbentuk oleh mekanisme guguran lava baru, sering disebut "nuee ardante d' avalance". Awan panas jenis ini akan mengalir melalui zona lembah sungai dan kanan/ kirinya, mengikuti arah aliran dari luncuran lava pada dasar lembah.
Dalam situs volcanolive.com, pakar vulkanologi John Seach menyebutkan, Merapi merupakan satu gunung yang paling aktif dan berbahaya di dunia.
Merapi memiliki kubah lava dan selalu meletus dalam jangka satu sampai lima tahun, menjadikannya gunung paling aktif di Indonesia. John Seach telah mendokumentasikan aktivitas 180 gunung di seluruh belahan bumi, dan menurutnya Merapi menghasilkan awan panas lebih banyak dari gunung mana pun di dunia.
Dalam situsnya, Seach juga mengungkapkan bahwa gerakan awan panas Merapi mencapai 7 hingga 13 kilometer dari puncak. Sehingga warga yang berada pada radius tersebut harus segera menjauhi puncak dan mencari lokasi yang aman bila aktivitas Gunung Merapi meningkat.
Gunung Merapi terakhir meletus empat tahun lalu, tepatnya pada 8 Juni 2006 pukul 09.03 WIB Merapi meletus dengan menyemburkan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng panik dan melarikan diri ke tempat aman.
Saat itu pemerintah meminta 17.000 warga di lereng Merapi untuk mengungsi. Jatuh 2 orang korban yang berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang.
Sejarah mencatat letusan besar Merapi terjadi pada 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Pada 1930, “Wedhus Gembel” memakan korban 1.370 orang di 13 desa di sekitar Merapi. Letusan terbesarnya terjadi pada 1006 yang menyebabkan seluruh Jawa tertutup abu.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Merapi mulai aktif sejak tahun 1006 saat terjadi letusan pertamanya. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap antara 2 – 5 tahun dan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun.
Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu pada masa awal keberadaannya sebagai gunung api. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi dicapai selama 71 tahun ketika jeda ketika meletus pada tahun 1587 dan meletus kembali di 1658.
Hampir setiap letusan Gunung Merapi, terutama sejak diamati dengan seksama pada tahun 80-an, selalu diawali dengan gejala yang jelas.
Secara umum peningkatan kegiatan diawali dengan terekamnya gempabumi vulkanik-dalam (tipe A) disusul kemudian munculnya gempa vulkanik-dangkal (tipe B) sebagai realisasi migrasinya fluida ke arah permukaan.
Ketika kubah mulai terbentuk, gempa fase banyak (MP) mulai terekam diikuti dengan makin besarnya jumlah gempa guguran akibat meningkatnya guguran lava. Dalam kondisi demikian, tubuh Merapi mulai terdesak dan mengembang yang dimonitor dengan pengamatan deformasi.
Bagi anda yang ingin mengenal lebih jauh tentang Gunung Merapi, maka berita ini dikira sangat tepat anda baca. Sebab dari pemberitaan yang dipublikasikan oleh situs liputan6.com dengan judul "Mengenal Lebih Dekat Merapi" ini dapat kiranya membantu kita bagi yang belum begitu kenal betul dengan Gunung Merapi selama ini dapat lebih mengenal tentang salah satu gunung yang berstatus paling aktif di Indonesia itu.
Merapi adalah satu dari puluhan gunung berapi di Indonesia yang terletak di perbatasan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Magelang, Jawa Tengah. Cerita sejarah gunung ini menarik untuk diketahui sebagai pengetahuan, terutama bagi Anda yang awam vulkanologi. Berikut tulisannya yang belum lama ini dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
Menurut ahli vulkanologi Berthommier, berdasarkan studi stratigrafi, sejarah geologi Merapi dapat dibagi atas empat bagian, yakni:
Pertama, Pra-Merapi (400 Ribu Tahun Lampau)
Pada masa ini, Merapi disebut "saudara kembar" Gunung Bibi yang memliki kandungan magma andesit basaltik berumur sekitar 700 ribu tahun. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2.050 meter dari atas permukaan laut (mdpl) yang sejajar dengan puncak Merapi berjarak sekitar 2,5 kilometer.
Karena umurnya yang sangat tua, bebatuan Gunung Bibi mengalami perubahan komposisi mineralogi batuan atau alterasi yang sangat kuat sehingga berubah bentuk menjadi batuan mineral.
Kedua, Merapi Tua (Sekitar 60 Ribu Hingga Delapan Ribu Tahun Silam)
Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal membentuk kerucut walaupun belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40 ribu tahun lalu. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic berupa awan panas, breksiasi lava hingga lahar.
Ketiga, Merapi Pertengahan (Sekitar Delapan Ribu Hingga Dua Ribu Tahun Silam)
Masa ini terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini tampak di lereng utara Merapi.
Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda sepanjang tujuh kilometer, dengan lebar satu hingga dua kilometer dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.
Keempat, Fase Merapi Baru (Sejak Dua Ribu Tahun Lalu Hingga Sekarang)
Pada masa ini, di dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang kini disebut Gunung Anyar, pusat aktivitas Merapi. Alhasil, ketinggian puncak Merapi naik mencapai 2.968 mdpl. Sempat terjadi letusan besar Merapi lima ratus tahun silam sehingga menutupi Candi Sambisari yang terletak kurang lebih 23 kilometer sebelah selatan Merapi.
Sejak memasuki fase baru, letusan yang sebelumnya bersifat letusan perlahan atau efusif berubah menjadi letusan kencang atau eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah lava. Alhasil, beberapa kali letusan kecil terjadi tiap dua atau tiga tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Tercatat, terjadi letusan Merapi yang berdampak sekitar 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
Pada November 1994, Merapi kembali aktif "batuk" yang mengeluarkan embusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Sejak saat itu, aktivitas tinggi letusan kecil berlangsung terus-menerus dan mulai mereda 2003 lalu. Namun, sekitar 4 Juni 2006, Merapi meletus kembali, yang ditandai dengan beberapa kali terjadi gempa dan deformasi hingga memakan korban jiwa.
Kini, Merapi kembali mengamuk mengeluarkan awan panas disertai abu vulkanik atau wedus gembel bersuhu 600 derajat Celsius memakan korban sedikitnya 15 orang tewas, termasuk satu di antaranya Mbah Maridjan, Juru Kunci Gunung Merapi.
SEJAK tahun 2006 nama Mbah Maridjan terkenal hingga pelosok Indonesia, bagaimana tidak hampir semua media baik cetak maupun elektronik menyorot keinginan kuat juru kunci Gunung Merapi itu untuk bertahan di tempat tinggalnya yang berada di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman saat Gunung Merapi meletus.
Saat itu Mbah Maridjan selamat dari amuk gunung yang "dijaganya", namun saat Merapi meletus kembali kemarin pada 26 Oktober 2010 pukul 17.05 WIB Mbah Maridjan dengan puluhan orang lainnya menjadi korban ganasnya luncuran awan panas atau sering disebut "wedhus gembel" karena wujudnya menyerupai buklu domba
Kemarin tim evakuasi dibawah pimpina Kol (L) Pramono menemukan jenazah yang diduga Mbah Maridjan dalam posisi bersujud di salah satu ruang di rumahnya.
Siapa Mbak Marijan?
Mas Penewu Suraksohargo, nama asli dari Mbah Maridjan lahir pada tahun 1927, di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. Di llingungannya sosok Mbah Maridjan amaty disegani, sehjingga pengaruhnya amat kuat sampai ke Keraton Jogjakarta. Karena kecintaaannya pada Gunung Merapi, sehingga seakan Mbah Marjidan sudah amat menyatu dengan kebesaran Merapi.
Karakter Gunung Merapi seakan sudah dipahami betul oleh Mbah Maridjan yang lantas disebut banyak orang sebagai budayawan, karena kekuatannya mengangkat kearifan lokal.
Fakta mencatat dari tahun ke tahun Mbah Maridjan selalu menjadi tumpuan atau referensi mengenai kondisi gunung yang selalu bergolak sejak beratus tahun itu. Inilah catatannya:
- Tahun 1970, diangkat menjadi wakil juru kunci Gunung Merapi.
- Tahun 1982, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengangkat Mbah Maridjan menjadi juru kunci Gunung Merapi.
Mbah Maridjan memiliki empat orang anak diantaranya Mbah Ajungan (menjadi penasihat presiden Sukarno tahun 1968-1969, kemudian menjadi wali Mangkunagara VIII tahun 1974-1987), Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana dan Raden Mas Kumambang.
Menurut catatan Wikipedia, sejak Mbah Maridjan menjabat sebagai juru kunci setidaknya Gunung Merapi sudah lima kali meletus yakni di tahun 1994, 1998, 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus, 2006 dan 26 Oktober 2010.
Berita Gunung Merapi
Berita Gunung Merapi - Ini adalah berbagai liputan berita Gunung Merapi yang meletus pada Selasa, 26 Oktober 2010 sekitar pukul 17.00 sore. Adapun berita Gunung Merapi ini bersumber dari berbagai liputan media massa online. Penulis blog Karo Cyber mencoba memilih berbagai berita yang dianggap masih penting diketahui seputar Gunung Merapi. Selain itu akan disajikan juga tentang pemberitaan Mbah Marijan meninggal, yaitu salah satu korban tewas dalam peristiwa Gunung Merapi meletus ini.
Berita Gunung Merapi yang pertama bersumber dari situs republika.co.id, berjudul "Awas, Bahaya Merapi Belum Berakhir", dimana berita ini merupakan salah satu berita penting untuk diketahui, khususnya warga masyarakat yang saat ini bermukim disekitar Gunung Merapi.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Tehnologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta mengingatkan pada seluruh masyarakat di sekitar Gunung Merapi. Menurut BPPTK bahaya Merapi belum sepenuhnya berakhir setelah letusan pada tanggal 26 Oktober 2010.
"Sampai saat ini magma belum keluar dan kubah juga belum terbentuk. Jadi, masih ada ancaman yang cukup serius dari Merapi," Kepala BPPTK, Subandiyo, di Yogyakarta, Rabu (27/10).
Berdasarkan data, letusan Merapi selama ini selalu diikuti dengan pembentukan kubah lava seiring dengan keluarnya magma usai meluncurnya wedhus gembel dari pusat letusan. Namun letusan tahun 2010 ini tidak langsung diikuti dengan budaya yang selama ini ada di gunung teraktif di Indonesia itu meski awan panas (wedhus gembel) sudah keluar sejak kemarin. Karenanya, BPPTK masih mempertahankan status awas untuk gunung tersebut.
Ia menjelaskan sifat letusan Merapi tahun ini sangat berbeda. "Kita akui, ilmu pengetahuan tidak cukup untuk memahami gunung ini," tuturnya.
Menurut dia, sifat luncuran awan panas yang dimuntahkan oleh letusan 2010 juga sangat berbeda dengan letusan letusan sebelumnya, baik tahun 1994, 1997, 1998, hingga letusan tahun 2006. Luncuran awan panas pada letusan tahun 2010 ini, menurut Subandiyo, bersifat direct blast atau menyembur terus dari dalam dengan gerakan mendatar.
Bahkan, kata dia, semburan tersebut berlaku terus menerus dengan tenggang waktu yang sangat lama. Bukan hanya itu saja, letusan kali ini hanya menyeburkan pasir dan debu serta tidak diikuti dengan semburan atau guguran material vulkanik yang besar seperti bongkahan batu.
"Material yang keluar hanya pasir dan abu, bongkahan batu hampir tidak ada," tambahnya. Itu mengindikasikan, bahwa material merapi masih utuh bertahan di puncak. Karena itulah, kata dia, bahaya Merapi memang tersebut belum berakhir.
Hal yang sama dikemukakan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Menurut Kepala PVMBG, Dr Surono, setidaknya ada 7,5 juta meterial gunung Merapi yang belum runtuh
Berikut adalah berita mengenai Gunung Merapi lainnya, dimana pemberitaan ini bersumber dari situs bisnis.com. Berita ini perlu kiranya diketahui, khususnya bagi masyarakat yang saat ini sedang mencari informasi mengenai korban Gunung Merapi.
Sebagian besar korban erupsi Gunung Merapi merupakan korban ganasnya awan panas yang dimuntahkan gunung setinggi 2.968 meter di perbatasan Jawa Tengah-Yogyakarta tersebut.
Awan panas yang juga sering disebut warga sebagai “Wedhus Gembel” tersebut suhunya dapat mencapai 1.000-1.100°C saat keluar kawah, dan ketika menerjang permukiman suhunya menjadi sekitar 500-600°C.
Ketua Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) Surono mengungkapkan kecepatan luncuran “Wedhus Gembel” tersebut ditaksir mencapai 200 km/jam.
“Karena gerakan dari muntahan Merapi tersebut bergumpal-gumpal dan berwarna keputihan dan dari jarak jauh seperti bulu wedhus [domba] gembel maka warga setempat menamakannya Wedhus Gembel,” ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo.
Secara umum kandungan “Wedhus Gembel” yang nama ilmiahnya pyroclastic density flow adalah zat padat (debu vulkanik dengan ukuran mulai dari ash sampai lapili), dan fase gas (CO2, sulfur, chlor, uap air dan lainnya) yang bercampur udara.
Pada Gunung Merapi, awan panas terbentuk oleh mekanisme guguran lava baru, sering disebut "nuee ardante d' avalance". Awan panas jenis ini akan mengalir melalui zona lembah sungai dan kanan/ kirinya, mengikuti arah aliran dari luncuran lava pada dasar lembah.
Dalam situs volcanolive.com, pakar vulkanologi John Seach menyebutkan, Merapi merupakan satu gunung yang paling aktif dan berbahaya di dunia.
Merapi memiliki kubah lava dan selalu meletus dalam jangka satu sampai lima tahun, menjadikannya gunung paling aktif di Indonesia. John Seach telah mendokumentasikan aktivitas 180 gunung di seluruh belahan bumi, dan menurutnya Merapi menghasilkan awan panas lebih banyak dari gunung mana pun di dunia.
Dalam situsnya, Seach juga mengungkapkan bahwa gerakan awan panas Merapi mencapai 7 hingga 13 kilometer dari puncak. Sehingga warga yang berada pada radius tersebut harus segera menjauhi puncak dan mencari lokasi yang aman bila aktivitas Gunung Merapi meningkat.
Gunung Merapi terakhir meletus empat tahun lalu, tepatnya pada 8 Juni 2006 pukul 09.03 WIB Merapi meletus dengan menyemburkan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng panik dan melarikan diri ke tempat aman.
Saat itu pemerintah meminta 17.000 warga di lereng Merapi untuk mengungsi. Jatuh 2 orang korban yang berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang.
Sejarah mencatat letusan besar Merapi terjadi pada 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Pada 1930, “Wedhus Gembel” memakan korban 1.370 orang di 13 desa di sekitar Merapi. Letusan terbesarnya terjadi pada 1006 yang menyebabkan seluruh Jawa tertutup abu.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Merapi mulai aktif sejak tahun 1006 saat terjadi letusan pertamanya. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap antara 2 – 5 tahun dan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun.
Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu pada masa awal keberadaannya sebagai gunung api. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi dicapai selama 71 tahun ketika jeda ketika meletus pada tahun 1587 dan meletus kembali di 1658.
Hampir setiap letusan Gunung Merapi, terutama sejak diamati dengan seksama pada tahun 80-an, selalu diawali dengan gejala yang jelas.
Secara umum peningkatan kegiatan diawali dengan terekamnya gempabumi vulkanik-dalam (tipe A) disusul kemudian munculnya gempa vulkanik-dangkal (tipe B) sebagai realisasi migrasinya fluida ke arah permukaan.
Ketika kubah mulai terbentuk, gempa fase banyak (MP) mulai terekam diikuti dengan makin besarnya jumlah gempa guguran akibat meningkatnya guguran lava. Dalam kondisi demikian, tubuh Merapi mulai terdesak dan mengembang yang dimonitor dengan pengamatan deformasi.
Bagi anda yang ingin mengenal lebih jauh tentang Gunung Merapi, maka berita ini dikira sangat tepat anda baca. Sebab dari pemberitaan yang dipublikasikan oleh situs liputan6.com dengan judul "Mengenal Lebih Dekat Merapi" ini dapat kiranya membantu kita bagi yang belum begitu kenal betul dengan Gunung Merapi selama ini dapat lebih mengenal tentang salah satu gunung yang berstatus paling aktif di Indonesia itu.
Merapi adalah satu dari puluhan gunung berapi di Indonesia yang terletak di perbatasan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Magelang, Jawa Tengah. Cerita sejarah gunung ini menarik untuk diketahui sebagai pengetahuan, terutama bagi Anda yang awam vulkanologi. Berikut tulisannya yang belum lama ini dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
Menurut ahli vulkanologi Berthommier, berdasarkan studi stratigrafi, sejarah geologi Merapi dapat dibagi atas empat bagian, yakni:
Pertama, Pra-Merapi (400 Ribu Tahun Lampau)
Pada masa ini, Merapi disebut "saudara kembar" Gunung Bibi yang memliki kandungan magma andesit basaltik berumur sekitar 700 ribu tahun. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2.050 meter dari atas permukaan laut (mdpl) yang sejajar dengan puncak Merapi berjarak sekitar 2,5 kilometer.
Karena umurnya yang sangat tua, bebatuan Gunung Bibi mengalami perubahan komposisi mineralogi batuan atau alterasi yang sangat kuat sehingga berubah bentuk menjadi batuan mineral.
Kedua, Merapi Tua (Sekitar 60 Ribu Hingga Delapan Ribu Tahun Silam)
Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal membentuk kerucut walaupun belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40 ribu tahun lalu. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic berupa awan panas, breksiasi lava hingga lahar.
Ketiga, Merapi Pertengahan (Sekitar Delapan Ribu Hingga Dua Ribu Tahun Silam)
Masa ini terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini tampak di lereng utara Merapi.
Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda sepanjang tujuh kilometer, dengan lebar satu hingga dua kilometer dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.
Keempat, Fase Merapi Baru (Sejak Dua Ribu Tahun Lalu Hingga Sekarang)
Pada masa ini, di dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang kini disebut Gunung Anyar, pusat aktivitas Merapi. Alhasil, ketinggian puncak Merapi naik mencapai 2.968 mdpl. Sempat terjadi letusan besar Merapi lima ratus tahun silam sehingga menutupi Candi Sambisari yang terletak kurang lebih 23 kilometer sebelah selatan Merapi.
Sejak memasuki fase baru, letusan yang sebelumnya bersifat letusan perlahan atau efusif berubah menjadi letusan kencang atau eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah lava. Alhasil, beberapa kali letusan kecil terjadi tiap dua atau tiga tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Tercatat, terjadi letusan Merapi yang berdampak sekitar 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
Pada November 1994, Merapi kembali aktif "batuk" yang mengeluarkan embusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Sejak saat itu, aktivitas tinggi letusan kecil berlangsung terus-menerus dan mulai mereda 2003 lalu. Namun, sekitar 4 Juni 2006, Merapi meletus kembali, yang ditandai dengan beberapa kali terjadi gempa dan deformasi hingga memakan korban jiwa.
Kini, Merapi kembali mengamuk mengeluarkan awan panas disertai abu vulkanik atau wedus gembel bersuhu 600 derajat Celsius memakan korban sedikitnya 15 orang tewas, termasuk satu di antaranya Mbah Maridjan, Juru Kunci Gunung Merapi.
SEJAK tahun 2006 nama Mbah Maridjan terkenal hingga pelosok Indonesia, bagaimana tidak hampir semua media baik cetak maupun elektronik menyorot keinginan kuat juru kunci Gunung Merapi itu untuk bertahan di tempat tinggalnya yang berada di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman saat Gunung Merapi meletus.
Saat itu Mbah Maridjan selamat dari amuk gunung yang "dijaganya", namun saat Merapi meletus kembali kemarin pada 26 Oktober 2010 pukul 17.05 WIB Mbah Maridjan dengan puluhan orang lainnya menjadi korban ganasnya luncuran awan panas atau sering disebut "wedhus gembel" karena wujudnya menyerupai buklu domba
Kemarin tim evakuasi dibawah pimpina Kol (L) Pramono menemukan jenazah yang diduga Mbah Maridjan dalam posisi bersujud di salah satu ruang di rumahnya.
Siapa Mbak Marijan?
Mas Penewu Suraksohargo, nama asli dari Mbah Maridjan lahir pada tahun 1927, di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. Di llingungannya sosok Mbah Maridjan amaty disegani, sehjingga pengaruhnya amat kuat sampai ke Keraton Jogjakarta. Karena kecintaaannya pada Gunung Merapi, sehingga seakan Mbah Marjidan sudah amat menyatu dengan kebesaran Merapi.
Karakter Gunung Merapi seakan sudah dipahami betul oleh Mbah Maridjan yang lantas disebut banyak orang sebagai budayawan, karena kekuatannya mengangkat kearifan lokal.
Fakta mencatat dari tahun ke tahun Mbah Maridjan selalu menjadi tumpuan atau referensi mengenai kondisi gunung yang selalu bergolak sejak beratus tahun itu. Inilah catatannya:
- Tahun 1970, diangkat menjadi wakil juru kunci Gunung Merapi.
- Tahun 1982, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengangkat Mbah Maridjan menjadi juru kunci Gunung Merapi.
Mbah Maridjan memiliki empat orang anak diantaranya Mbah Ajungan (menjadi penasihat presiden Sukarno tahun 1968-1969, kemudian menjadi wali Mangkunagara VIII tahun 1974-1987), Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana dan Raden Mas Kumambang.
Menurut catatan Wikipedia, sejak Mbah Maridjan menjabat sebagai juru kunci setidaknya Gunung Merapi sudah lima kali meletus yakni di tahun 1994, 1998, 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus, 2006 dan 26 Oktober 2010.
Langganan:
Postingan (Atom)